"Selamat Datang...di jaza34.blogspot.com...silahkan copy artkel yang ada di blog ini bila diperlukan"

Sabtu, 19 Desember 2009

SEJARAH KORAN




Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat kabar juga biasa berisi kartun, TTS dan hiburan lainnya.

Ada juga surat kabar yang dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita untuk industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau partisipan kegiatan tertentu.
Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari libur. Surat kabar sore juga umum di beberapa negara. Selain itu, juga terdapat surat kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat kabar harian dan isinya biasanya lebih bersifat hiburan.

Kebanyakan negara mempunyai setidaknya satu surat kabar nasional yang terbit di seluruh bagian negara. Di Indonesia contohnya adalah KOMPAS, Jawa Pos, Media Indonesia dan Jakarta Post

Pemilik surat kabar, atau sang penanggung jawab, adalah sang penerbit, Orang yang bertanggung jawab terhadap isi surat kabar disebut editor.

Di negara-negara Barat, pers disebut sebagai kekuatan yang keempat, setelah kaum agamawan, kaum bangsawan, dan rakyat. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Thomas Carlyle pada paruhan pertama abad ke-19. Hal ini menunjukkan kekuatan pers dalam melakukan advokasi dan menciptakan isu-isu politik. Karena itu tidak mengherankan bila pers sering ditakuti, atau malah "dibeli" oleh pihak yang berkuasa.

Di Indonesia, pers telah lama terlibat di dalam dunia politik. Di masa penjajahan Belanda pers ditakuti, sehingga pemerintah mengeluarkan haatzai artikelen, yaitu undang-undang yang mengancam pers apabila dianggap menerbitkan tulisan-tulisan yang "menaburkan kebencian" terhadap pemerintah.

Pada masa Orde Lama banyak penerbitan pers yang diberangus oleh Presiden Soekarno. Namun bredel pers paling banyak terjadi di bawah pemerintahan Soeharto. Akibatnya banyak wartawan yang harus menulis dengan sangat berhati-hati. Atau sebaliknya, wartawan menjadi tidak kritis dan hanya menulis untuk menyenangkan penguasa.

Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg.

Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.

Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.

Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih.

Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Indepen yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.

Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi.

Kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Penyiaran dan Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers

Mohon Maaf Kepada Semua Penjunjung Thread Ternyata AKU ini Reposter, MASALAHnya Waktu Lihat Informasi Keren2 Pengen Berbagi2 Mohon Diterima...

Spoiler for Thred Bermutu:

Sejarah Panjang Surat Kabar di Indonesia

MENDAPATKAN informasi dapat melalui berbagai macam cara. Bisa dari televisi, radio, internet, majalah, dan surat kabar atau koran. Pada masa itu, surat kabar adalah media paling populer sebelum datangnya era media elektronik. Sobat-sobat, tahukan kamu... bahwa tanggal 9 Februari adalah Hari Pers Nasional? Nah, agar kalian makin mengenal sejarah perkembangan surat kabar di Indonesia, kita simak perjalanan panjangnya yu!

Dalam sejarah pers di Indonesia, surat kabar "Bataviase Nouvelles" yang terbit 7 Agustus 1744, adalah surat kabar pertama di Indonesia. Terbit atas kebaikan hati Gubernur Jenderal Van Imhoff. Izin terbitnya diberikan kepada Ajunct-Secretaris General Jorden. Pada awalnya, izin terbit hanya berlaku selama enam bulan, lalu kemudian diperpanjang menjadi tiga tahun.

Di zaman pemerintahan Daendels, tepatnya pada 5 Agustus 1810, terbit pula "De Bataviasche Koloniale Courant". Lalu pada 29 Februari 1812, terbit "The Java Gouvernment Gazette". Menyusul pada Maret 1836, lahir surat kabar partikulir asli yang pertama di Indonesia, yaitu di Surabaya dengan nama "Soerabaijas Advertentie Blad", yang kemudian pada 1853 berganti nama menjadi "Soerabaijas Nieuws & Advertentie Blad". Semua surat kabar yang terbit pada masa itu boleh memuat warta berita, tetapi tetap diawasi ketat oleh Belanda.

Pada 1854, terjadi kelonggaran kebijakan Belanda terhadap penerbitan surat kabar Indonesia. Maka di Surakarta terbitlah surat kabar "Bromartani", surat kabar yang berbahas Djawa dan Melajoe. Surat kabar "Bromartani" sudah cenderung menjadi pelopor ke arah perkembangan surat kabar di Indonesia.

Surat kabar tertua di Sumatra adalah "Sumatera Courant", didirikan pada 1859 di Kota Padang, Sumatra Barat. Pendirinya adalah seorang indo terkenal di Padang yaitu, L.N.H.A. Chatelin dan H.A. Mess. Pada waktu yang hampir bersamaan, terbit pulalah surat kabar "Padangsche Nieuws en Advertentieblad", yang terbit setiap hari Sabtu. Surat kabar ini pertama kali terbit pada 17 Desember 1859, pemimpin redaksinya adalah R.H. Van Wijk Rz. Lalu kemudian pada 1871, sebuah perusahaan milik seorang indo, H.J. Klitsch & Co menerbitkan surat kabar "Padangsche Handelsblad". Redaksinya dipimpin seorang pengacara terkenal, yaitu Mr. J. van Bosse. Namun pada 1883, nama surat kabar ini diganti menjadi "Nieuws Padangsche Handelsblad".

Pada 1901, Mahyudin Datuk Sutan Marajo bersama adiknya, Baharudin Sutan Rajo nan Gadang menerbitkan dan memimpin sendiri sebuah surat kabar yang diberi nama "Warta Berita", yang merupakan surat kabar pertama yang menggunakan bahasa Indonesia dengan huruf Latin. Modal pertamanya didapat dari seorang pedagang terkenal di Padang pada waktu itu yang bernama Abdul Manan Sutan Marajo. Koran ini dicetak secara sederhana di daerah Pasarmudik. Pemimpin redaksinya adalah Mahyudin Sutan Datuk Marajo, yang juga pernah menjadi jaksa di Pariaman.

Pada 1907, di Bandung terbitlah mingguan "Medan Priaji", yang sering disebut-sebut sebagai surat kabar nasional pertama yang menyandang predikat Indonesia tulen. Pengasuhnya adalah Raden Mas Tirtohadisoerjo dengan nama kecilnya, Djokomono. Djokomono disebut pula sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia. Oleh karena itu, "Medan Priaji" paling tepat disebut sebagai koran pertama yang asli pribumi, karena mulai dari pengasuhnya, percetakan, penerbitan, dan wartawannya adalah pribumi Indonesia asli.

Konon pada waktu itu telah lahir organisasi wartawan PDI (Persatuan Djoernalis Indonesia). Jauh Sebelum "Medan Priaji" terbit, di Cirebon sudah ada surat kabar "Tjiremai" yang terbit pada 1890 dalam bahasa Belanda. Di Sukabumi sudah ada "Li Po", terbit pada 1901 yang merupakan surat kabar keturunan Tionghoa. Pada 1905, di Bogor juga terbit surat kabar mingguan Tionghoa "Wie Sin Ho".

O iya, mengapa ya Hari Pers Nasional ditetapkan pada tanggal 9 Februari? Karena tanggal 9 Februari merupakan peristiwa bersejarah bagi kehidupan pers nasional Indonesia. Pada 9 Februari 1946, terbentuklah Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), yang merupakan pendukung dan kekuatan pers nasional. (Diah Ferdiana, kelas IV SDN Cikutra/dari berbagai sumber)***